Oleh: Ahmad Harisuddin
Orang-orang nun jauh di sana tentu akan membayangkan indahnya alam pegunungan tatkala mendengar nama Loksado. Ada air terjunnya, air panasnya, ada anggreknya, dan seterusnya. Semua itu memang bukti kekayaan alam Loksado. Akan tetapi, siapa bilang Loksado hanya kaya dengan objek wisata alam?
Apabila Anda seorang pecinta tualang religius, cobalah sejenak menjelajahi kawasan pegunungan Meratus di Tanah Banjar Hulu, dari satu pegunungan ke pegunungan lain, sembari mencoba mendalamkan konsentrasi, niscaya Anda akan menjumpai aura spiritual yang beda ketika Anda tiba di pegunungan Loksado dan mulai menyaksikan keindahan gunung Kantawan dari dekat.
Ya, ketika Anda sedang mendaki tanjakan pertama di gunung Kumpah Desa Halunuk, lebih kurang 17 kilometer dari pusat kota Kandangan, Anda akan mudah menyaksikan sebuah gunung yang sepintas berbentuk layaknya gunung kembar. Itulah gunung Kantawan. Gunung ini menjadi lambang sari kawasan pegunungan Loksado. Ia akan mudah terlihat dari pelbagai penjuru, selain dari arah Desa Halunuk, antara lain dari arah Desa Malinau, arah Desa Ulang, dan arah Tanuhi Desa Hulu Banyu. Letak geografis gunung Kantawan sendiri berada di Desa Lumpangi. Oleh karena itu, arah terdekat untuk menikmati keindahan gunung Kantawan tentu saja ketika Anda berada di Desa Lumpangi.
Apa keistimewaan gunung Kantawan? Sebetulnya kita bisa melihat dan merasakannya dari pelbagai sudut pandang. Istilah istimewa pun tentu saja bersifat multitafsir. Namun, yang terpenting adalah ketika kita coba kaitkan dengan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di kawasan pegunungan Loksado. Dalam konteks ini, gunung Kantawan merupakan saksi sejarah yang tak bertutur, namun menyimpan kekayaan jasa dan pahit getirnya perjuangan para pembawa dan pengembang Islam sejak ratusan tahun silam. Ya, kita tentu saja memaklumi bagaimana kekayaan spiritual itu amat lambat terakses oleh kita karena memang akses transportasi, informasi, dan komunikasi sendiri juga terhitung sangat lambat masuk ke kawasan Loksado.
Gunung Kantawan boleh dikatakan sebagai pasak buminya Loksado, dan ia menjadi simbol bagi keberadaan pasak bumi spiritual yang bertanam di komplek pemakaman Balai Ulin Desa Lumpangi. Mereka adalah para haba’ib (zuriat Nabi Muhammad saw) yang telah menanamkan ajaran Islam ke dalam hati dan sejarah orang Loksado. Mereka adalah orang-orang yang penuh ketulusan dan memiliki jiwa pengabdian yang teramat besar bagi pembinaan dan pengembangan Islam di belantara Meratus. Oleh karena itu, kedua jenis pasak bumi Loksado ini saling terhubung satu sama lain, terlepas apakah Anda akan percaya atau tidak.
Oleh karena itu, apabila Anda seorang Muslim dan merupakan pengunjung baru di bumi Loksado, tentu sudah sepantasnya menyempatkan diri mampir untuk berziarah ke alkah Balai Ulin, sekitar 300 meter ke arah belakang Masjid Jami Jannatul Anwar di persimpangan jalan Kandangan-Loksado-Batulicin Desa Lumpangi. Bukan untuk memuja kubur, bukan untuk mengkultusindividukan ulama, dan bukan sekadar kerana nazar, tetapi yang terpenting sebagai satu wujud pengungkapan rasa syukur dan sebentuk penghormatan kepada orang-orang yang berlimpah jasa kepada kita. Semoga!
*********************
Sejak tulisan di atas dibuat tahun 2011 sampai sekarang awal tahun 2023, telah terjadi perkembangan penting di alkah Balai Ulin (Sekarang disebut Pantai Ulin), terutama karena penjaga kubah al-Habib Abu Bakar bin Hasan Assegaf Lumpangi adalah salah seorang zuriat asli beliau; sesuatu yang patut disyukuri. Semoga tambah berkah. Aamiin…